Jakarta – Galeri Nasional Indonesia membatalkan pameran tunggal perupa senior Yogyakarta, Yos Suprapto yang bertajuk “Kebangkitan: Tanah Untuk Kedaulatan Pangan” di Gedung A Galeri Nasional beberapa menit sebelum pembukaan pada Kamis malam, 19 Desember 2024.
Pintu kaca digembok dan lampu dimatikan. Padahal, sudah banyak orang yang datang untuk melihat karya perupa senior itu dalam pameran yang rencananya akan berlangsung selama 20 Desember 2024-19 Januari 2025.
Yos Suprapto menjelaskan, kesepakatan pemeran ini secara formal telah terjadi sejak tahun 2023. Rencananya, pameran lukisan tunggal Yos Suprapto akan dihelat pada Januari 2024, tetapi ditunda hingga Agustus 2024.
Memasuki Agustus 2024, pameran tunggalnya kembali ditunda hingga 3 Desember 2024. Namun, karena pada tanggal tersebut Galeri Nasional Indonesia tengah menyelenggarakan pameran Basuki Abdullah Award, maka pameran itu kembali ditunda hingga 19 Desember 2024.
“Jadi sebetulnya kesepakatan ini sudah lama secara formal. Kemudian semakin serius ketika sudah dijadwalkan dari tanggalnya, tanggal 3 Desember sudah disepakati setelah mundur dari bulan Agustus. Saya terima kemunduran itu sampai tanggal 3 Desember,” kata Yos Suprapto di Galeri Nasional Indonesia, Jakarta, Jumat (20/12/2024).
Yos akhirnya mendapatkan izin untuk memasang karya lukisannya pada 12-13 Desember 2024 di Galeri Nasional Indonesia sebelum pameran itu berlangsung pada 19 Desember 2024.
Menurut dia, proses pemasangan itu semestinya dihadiri langsung oleh kurator. Namun, sang kurator baru tiba di Jakarta pada 16 Desember 2024. Keesokan harinya, pihak kurator mengecek karya-karya Yos Suprapto yang akan dipamerkan di Galeri Nasional Indonesia.
Yos menyampaikan, sang kurator memintanya untuk menurunkan dua lukisan yang sejatinya pernah dilihat secara langsung di kediamannya di Yogyakarta. Padahal, kala itu, sang kurator tidak pernah memberikan komplain atas karya yang dibuatnya ketika melihat langsung di kediamannya.
Alasan sang kurator meminta dua lukisan itu diturunkan karena dinilai akan mengurangi bobot dari tema pameran berjudul ‘Kebangkitan: Tanah untuk Kedaulatan Pangan’ tersebut.
Tak sampai di situ, pada hari pembukaan, yakni 19 Desember 2024 siang, sang kurator kembali meminta untuk menurunkan tiga lukisan lainnya.
“Nah, dia lupa bahwa ketahanan pangan itu tidak bisa lepas dari kebijakan kekuasaan dan karya yang dia tidak berkenan itu menceritakan tentang kekuasaan. Bahwa sebetulnya ya, kekuasaan itu didukung oleh rakyat yang diinjaknya,” kata dia.
“Jadi kehidupan kekuasaan itu tidak bisa muncul dari atas langit ke bawah, tetapi dari bawah ke atas. Rakyat membayar pajak, rakyat yang melakukan segala, rakyat yang memproduksi pangan,” ujar dia.
Yos menjelaskan, tiga lukisan yang diminta diturunkan pada hari pembukaan itu menceritakan tentang seorang petani yang sedang memberi makan kepada orang kaya, petani yang sedang memberi makan kepada anjing-anjing, dan petani yang membawa sapi ke istana.
Ketiga lukisan itu dianggap oleh pihak kurator terlalu vulgar sehingga tidak layak untuk dipamerkan. Ia pun mengaku kaget kenapa permintaan itu diminta secara mendadak tanpa ada kesepakatan terlebih dahulu. Bahkan, permintaan itu dilakukan beberapa jam sebelum pameran digelar.
“Saya menanyakan, kok di titik terakhir baru lu ngomong. Berapa jam sebelum pameran dibuka, itu disuruh turunkan. Itu kan kontroversial sekali,” kata dia.
Adapun hingga Jumat (20/12/2024), Yos dan timnya belum bisa masuk ke area pameran.