Infopolitiknews – Kehangatan dan kegembiraan yang sudah selayaknya mewarnai libur Nataru 2024/2025 tampaknya menjadi kontras bagi sebagian masyarakat yang sedang menghadapi berbagai peristiwa dan kondisi yang mengharuskan mereka bersikap prihatin.
Bencana Alam yang melanda Indonesia di sepanjang 2024 menjadi salah satu faktor penyebab keprihatinan negeri ini.
Menurut data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) pada laman Geoportal Data Bencana Indonesia, bencana alam yang terjadi pada periode 1 Januari 2024 hingga 30 Desember 2024 ini telah berakibat pada meninggalnya 488 orang dan 11.530 orang mengalami luka-luka. Sedangkan 6.328.618 orang menderita dan mengungsi, kemudian 58 orang masih dinyatakan hilang.
BNPB juga mencatat, jumlah total kejadian bencana di Indonesia hingga hari ini, Senin (30/12) menyentuh angka 2.074 kejadian.
Dari total jumlah kejadian tersebut, bencana banjir menjadi jenis bencana yang paling banyak terjadi, yaitu 1.064 peristiwa. Disusul kemudian 447 bencana cuaca ekstrem, 135 bencana tanah longsor, 336 kebakaran hutan dan lahan, 14 kejadian gelombang pasang dan abrasi. Masih ada pula 19 peristiwa gempa bumi, 54 bencana kekeringan, dan 5 erupsi gunung berapi.
Seluruh kejadian tersebut mengakibatkan dampak kerusakan yang berpengaruh signifikan pada kehidupan masyarakat. Terdata di seluruh Indonesia total sebanyak 60.064 rumah tinggal mengalami kerusakan, mulai dari intensitas rusak ringan, sedang, hingga berat.
Sedangkan untuk fasilitas umum terdata ada 949 unit yang mengalami kerusakan. Fasilitas umum tersebut meliputi 515 unit satuan pendidikan, 388 rumah ibadah, dan 46 fasilitas layanan kesehatan.
Tidak hanya di Indonesia, fenomena bencana alam karena perubahan iklim dan cuaca ekstrem terjadi di seluruh dunia. Hal ini dikonfirmasi oleh World Weather Attribution (WWA) bahwa hampir setiap bencana yang mereka analisa 12 bulan terakhir diperparah oleh perubahan iklim.
“Dampak pemanasan bahan bakar fosil tidak pernah lebih jelas atau lebih dahsyat daripada tahun 2024. Kita hidup di era baru yang berbahaya,” tegas Friederike Otto, Ilmuwan Iklim dari WWA.
Dilansir dari publikasi pembaruan keadaan iklim Organisasi Meteorologi Dunia (WMO), WMO sekali lagi mengeluarkan Peringatan Merah tentang laju perubahan iklim yang sangat cepat dalam satu generasi, yang diperparah oleh terus meningkatnya kadar gas rumah kaca di atmosfer.
Lebih lanjut disampaikan, perubahan iklim dan cuaca ekstrem tersebut mendatangkan malapetaka bagi masyarakat dan perekonomian seluruh dunia.