Infopol Kaltara Politik

Pemprov Kaltara Tak Punya Solusi Masalah Rumput Laut, SULTON Siap Selesaikan!

Tarakan – Masyarakat di Kalimantan Utara (Kaltara) menilai era kepemimpinan Zainal Arifin Paliwang dan Yansen TP tak punya solusi untuk menyelesaikan masalah rumput laut yang menjadi komoditas andalan di Kaltara. Padahal, puluhan ribu masyarakat pesisir Kaltara menggantungkan hidupnya dari rumput laut. 

Bahkan baru-baru ini terjadi perselisihan antara pembudidaya rumput laut dan pemukat rumput laut di Kabupaten Nunukan imbas tak adanya kepedulian dari Pemprov selama empat tahun terakhir. 

Puluhan pembudidaya rumput laut di Nunukan mendesak Pemprov Kaltara untuk menertibkan pemukat rumput laut yang menggunakan jangkar yang mengakibatkan kerugian milliaran rupiah bagi pembudidaya rumput laut.

“Ternyata masalah rumput laut tidak hanya soal harga yang tidak pernah naik, tapi juga antara pembudidaya dan nelayan pencari rumput laut ada gesekan sejak lama. Itu semua tidak pernah diselesaikan oleh Pak Zainal dan Yansen. Miris sekali saya mendengar ini,” kata Calon Gubernur Kaltara nomor urut 1 Brigjen (Purn) Andi Sulaiman.

Oleh karena itu, sambung Andi Sulaiman, bersama pasangannya di Pilgub Kaltara Prof Dr. Adri Patton dengan tegas akan menyelesaikan konflik tersebut dan mencari jalan tengah dari masalah kedua kelompok ini. Selain itu, pasangan dengan jargon SULTON tersebut juga telah menginventarisir berbagai masalah nelayan di Kaltara.

“Kami sudah belusukan ke daerah-daerah pesisir Kaltara dan mendata seluruh keluhan masyarakat termasuk nelayan dan semua itu kami elaborasikan dalam delapan program prioritas kerja SULTON,” ungkap Andi Sulaiman yang merupakan Kepala Badan Inteligen Negara Daerah (Kabinda) Kaltara periode 2018 – 2022.

Sebelumnya, puluhan pembudidaya rumput laut bersama anggota DPRD Nunukan menggelar rapat dengar pendapat (RDP) di ruang Ambalat I DPRD Nunukan.

Ketua Asosiasi Pembudidaya Rumput Laut Nunukan, Muhammad Hisyam mengatakan belakangan ini banyak fondasi pembudidaya rumput laut rusak diduga akibat ulah pemukat rumput laut yang menggunakan jangkar.

Menurutnya, akitvitas pemukat rumput laut yang menggunakan jangkar mulai masif dua tahun belakangan ini.

“Sebelumnya pemukat itu gunakan pancang dan akhirnya banyak yang beralih pakai jangkar. Mungkin lebih efektif dan efisien pakai jangkar. Tapi kami pembudidaya rugi, karena banyak fondasi yang rusak yang kami duga kuat akibat jangkar nempel di fondasi kami,” kata Hisyam. 

Dalam RDP tersebut, Hisyam menunjukkan barang bukti jangkar yang menempel pada fondasi rumput laut mereka yang rusak.

“Metode memukat pakai jangkar itu merusak sekali fondasi pembudidaya rumput laut. Kalau sudah sangkut jangkar di tali fondasi, hanya dua pilihannya, pukatnya yang dia potong atau fondasi kami dipotong. Kami punya bukti video dan foto jangkar yang nempel di fondasi kami,” ucapnya.

Hisyam menyebut ada sekira 50-an jangkar yang mereka temukan menempel pada fondasi rumput laut.

Dia meminta Pemprov Kaltara segera menyikapi persoalan pemukat rumput laut di Nunukan.

Lantaran kata dia, kerugian Pembudidaya Rumput Laut di Nunukan bisa mencapai miliaran rupiah akibat fondasi rumput laut yang rusak.

“Satu fondasi minimal Rp30 juta tergantung lokasinya. Bahkan ada yang sampai Rp70 juta. Bayangkan aja kalau terbongkar 200 fondasi. Memang 200 fondasi yang rusak tidak semua akibat pemukat jangkar, ada juga karena gelombang laut tinggi. Tapi 50-an jangkar yang nempel di fondasi bisa jadi tolak ukur, bahwa masalah ini serius,” ujarnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

X