Nasional

Belalang Mahal! Warga Gunungkidul Anggap Dadan Hindayana Tidak Realistis

Infopolitiknews – Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana mengungkap bahwa pemenuhan kebutuhan protein pada program Makan Bergizi Gratis bisa disesuaikan dengan kebiasaan daerah masing-masing, salah satunya adalah menu belalang. 

Pernyataan Dadan telah menuai tanggapan dari berbagai pihak yang pro dan kontra.

Dokter spesialis gizi di RS Melinda Bandung, Johannes C. Chandrawinata setuju belalang bisa digunakan sebagai alternatif sumber protein dan lemak sehat, tapi tetap perlu diperhatikan bahwa tidak semua anak akan suka dan memiliki ketahanan terhadap protein belalang.

“Jangan lupa kemungkinan alergi. Harus diingat juga bahwa rata-rata ketika anak alergi udang maka harus menghindari juga makan serangga,” sambungnya, dikutip dari CNN, Selasa (28/1).

Sementara itu, menurut masyarakat Kabupaten Gunungkidul wacana Dadan dianggap tidak realistis karena harga serangga yaitu belalang dan ulat sagu memiliki harga yang tidak murah.

Hendra Ary, salah satu warga Kapnewon (Kecamatan) Wonosari, Kabupaten Gunungkidul mengungkap bahwa harga kedua serangga tersebut lebih mahal dari ayam maupun sapi.

“Ngawur itu. Kalau mau ngomong, lihat dulu kondisi di lapangan. Harga belalang di sini kayak emas, masa mau dimasukkan ke MBG dengan anggaran cuma Rp10 ribu?” ujar Hendra, Senin (27/25). 

Senada dengan Hendra, Sri Hawa yang merupakan produsen belalang goreng dan kuliner ekstrem lainnya di Ngawen, Gunungkidul menjelaskan harga belalang dan ulat sangat tinggi di atas anggaran MBG.

“Belalang hidup saja harganya sudah Rp190 ribu per kilogram. Kalau sudah dibersihkan dan dimasak, harganya bisa sampai Rp400 ribu per kilogram. Kalau ulat, per kilogramnya Rp180 ribu. Jadi, dengan anggaran Rp10 ribu, jelas tidak mungkin,” tegas Sri. 

Pernyataan warga Gunungkidul tersebut merupakan reaksi atas penyataan Dadan yang mencontohkan warga Gunungkidul dalam pernyataannya yang menjelaskan tentang belalang sebagai opsi sumber protein untuk MBG di Jakarta.

“Beberapa jenis serangga layak untuk dikonsumsi, seperti belalang di Gunungkidul dan ulat sagu di Papua. Ini membuka peluang menjadikan serangga sebagai menu MBG,” ujar Dadan dalam sebuah acara di Hotel Bidakara, Jakarta Selatan, pada Sabtu (25/1) lalu.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

X