Ekonomi

Daftar Pabrik di Indonesia yang Tutup hingga Pailit

Jakarta – Penutupan pabrik di beberapa subsektor industri kerap terjadi, terbaruk pabrikan peralatan listrik PT Sanken Indonesia yang merupakan produsen asal Jepang memutuskan untuk hengkang. 

Adapun, penutupan pabrik Sanken Indonesia yang berlokasi di Cikarang itu dilakukan lantaran terjadi peralihan bisnis yang dilakukan perusahaan pusatnya di Jepang dari produsen alat listrik ke semikonduktor. 

Perlu digarisbawahi bahwasannya pabrik Sanken Indonesia yang ditutup berbeda dengan pabrik elektronik dan alat rumah tangga yang diproduksi oleh PT Sanken Argawidja. Lokasi pabrik elektronik tersebut berada di Tangerang dan masih beroperasi saat ini. 

Di sisi lain, penutupan pabrik juga terjadi di sektor lainnya yakni industri tekstil dan produk tekstil (TPT) yaitu PT Asia Pacific Fibers Tbk. (POLY) di Karawang yang menghentikan operasional pabrik kimia dan seratnya pada November lalu. 

Lebih lanjut, pabrik tekstil lainnya yang dimiliki PT Sri Rejeki Isman (Tbk) atau SRIL saat ini juga tengah menghadapi kondisi pailit, kendati produksi disebut masih berjalan atas amanah dari pemerintah. 

Berikut daftar pabrik tutup sejak 2024:

1.Pabrik ban PT Hung-A di Cikarang  

Kabar penghentian operasi pabrik ban milik PT Hung-A Indonesia per Februari 2024 mencuat pada awal tahun ini. Penutupan pabrik ban ini pun menyebabkan 1.500 karyawan terimbas PHK.   

Ketua Serikat Pekerja Logam Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (SPL FSPMI) Kabupaten/Kota Bekasi Sarino mengatakan, serikat pekerja dan perusahaan masih dalam tahap pengajuan perundingan untuk hak-hak karyawan yang terdampak.  

“Betul, PT Hung A akan ditutup pada 1 Februari 2024 dan untuk seluruh karyawan dirumahkan sejak 16 Januari 2024. Setidaknya ada 1.500-an pekerja terdampak,” kata Ketua Serikat Pekerja Logam Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (SPL FSPMI) Kabupaten/Kota Bekasi Sarino.

2. Pabrik garmen PT Cahaya Timur Garmindo  

Pabrik tekstil PT Cahaya Timur Garmindo (CTG)  resmi diputus pailit oleh Pengadilan Negeri Semarang.   Perusahaan yang pabriknya berlokasi di Jawa Tengah itu diketahui terlilit utang sebesar Rp233 juta sehingga digugat oleh PT Dunia Transportasi Logistik selaku jasa pengurusan transportasi (freight forwarding). 

“Menyatakan Termohon PT Cahaya Timur Garmindo, berkedudukan di Jawa Tengah, beralamat di Jl. Lingkar Utara RT/RW 001/003 Kel. Beji. Kec. Taman Kab. Pemalang, Jawa Tengah pailit dengan segala akibat hukumnya,” tulis putusan PN Niaga Semarang.  

Sebelumnya, Ketua Umum Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filament Indonesia (APSyFI) Redma Gita Wirawasta mengatakan, kebijakan lartas impor border sedikit banyak mendorong industri hilir untuk kembali bergerak pada Maret. 

3. Pabrik sepatu Bata di Purwakarta

PT Sepatu Bata Tbk (BATA) resmi menutup operasional pabrik sepatunya yang berlokasi di Purwakarta per 30 April 2024. Tutupnya pabrik sepatu BATA dikarenakan kerugian yang dialami selama 4 tahun terakhir.  

Corporate Secretary BATA Hatta Tutuko mengatakan, pihaknya telah melakukan berbagai upaya, tetapi kerugian dan tantangan industri akibat pandemi hingga perubahan perilaku konsumen terlampau cepat tak mampu dibendung.  

“Perseroan sudah tidak dapat melanjutkan produksi di pabrik Purwakarta karena permintaan pelanggan terhadap jenis produk yang dibuat di pabrik Purwakarta terus menurun,” kata Hatta, dikutip dari Bursa Efek Indonesia (BEI), Sabtu (4/5/2024).  

Bahkan, Hatta menerangkan bahwa kapasitas produksi di pabrik tersebut jauh lebih besar dibandingkan kebutuhan secara berkelanjutan dari pemasok lokal di Tanah Air.

4. Sritex Pailit

Status kepailitan PT Sri Rejeki Isman Tbk. atau Sritex telah berkekuatan hukum tetap alias inkrah setelah upaya kasasi ditolak di Mahkamah Agung (MA). Nasib ribuan buruh Sritex kini pun terkatung-katung. 

Menindaklanjuti putusan MA, pemerintah memastikan akan terus berupaya untuk mendorong opsi going concern atau keberlanjutan usaha Sritex demi menyelamatkan pekerja di tengah upaya hukum peninjauan kembali (PK) atas status pailit.

“Artinya, pabrik masih tetap harus berjalan atau produksi ini juga penting dalam rangka agar perushaaan masih bisa tetap mengirim produknya sesuai dengan pesanan dalam kontrak yang sudah di tanda tangani, khususnya yang berasal dari luar negeri,” kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita saat ditemui di Kantor Kemenperin, Jumat (20/12/2024). 

Pasalnya, pemerintah juga tidak ingin barang-barang yang diekspor oleh Sritex nantinya justru diisi oleh produsen dari negara lain. Oleh karena itu, going concern dinilai penting agar pabrik tetap berjalan dan memastikan pemutusan hubungan kerja (PHK) tidak terjadi. 

5. Asia Pacific Fiber Tutup

Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mengungkap penyebab dibalik penghentian operasional pabrik kimia dan serat milik PT Asia Pacific Fibers Tbk. (POLY) di Karawang, Jawa Barat pada November lalu bukan karena permintaan atau pesanan yang anjlok.  

Direktur Industri Tekstil, Kulit dan Alas Kaki Kemenperin, yang kala itu masih dijabat oleh Adie Rochmanto Pandiangan Kemenperin mengatakan, pihaknya juga masih berupaya untuk menyelamatkan keberlanjutan usaha POLY yang merupakan salah satu pabrik serat terbesar di Indonesia.  

“Khusus APF bukan persoalan permintaannya yang anjlok atau menurun, saya terus terang APF ini salah satu yang dari dulu kita inginkan ini terselamatkan karena R&D-nya [research & development] sangat kuat dibandingkan teman-teman lain di Indorama, misalnya,” ujar Adie, dikutip Selasa (31/12/2024).  

Menurut Adie, penutupan salah satu unit pabrik POLY disebabkan kondisi cashflow atau arus kas yang sulit atau tidak cukup untuk memenuhi operasional keseluruhan pabrik yang dimiliki emiten tersebut.  

Dia juga melihat POLY merupakan perusahaan industri yang memproduksi bahan intermediate atau bahan antara yang banyak dipakai dan diandalkan oleh industri dalam negeri. 

“Artinya, pada batas tertentu ketika mereka memerlukan dana segar sementara statusnya masih dalam tidak direstrukturisasi, bahasanya ada ‘saat akhirnya’, finish-nya, tapi bukan karena permintaan,” jelasnya. 

Corporate Secretary POLY Tunaryo mengatakan, perseroan bakal mempertahankan kelangsungan usahanya melalui operasional terbatas divisi benang filamen di Kendal, Jawa Tengah untuk melayani permintaan esensial pelanggan.   

“Penghentian pabrik yang eksis selama 3 dekade ini akan mengakibatkan koreksi pendapatan penjualan tahunan perseroan hingga 52%,” kata Tunaryo lewat keterbukaan informasi, Kamis (31/10/2024).   

6. PT Sanken Indonesia

Terbaru, pabrikan peralatan listrik asal Jepang PT Sanken Indonesia resmi akan menutup fasilitas produksinya yang berlokasi di Cikarang pada Juni 2025 mendatang. Hal ini dikarenakan peralihan bisnis dari induk usahanya. 

Ratusan buruh atau pekerja PT Sanken Indonesia terancam kehilangan pekerjaan lantaran rencana penutupan pabrik di Cikarang yang akan dilakukan pada Juni 2025.  

Ketua Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (FSPMI) PT Sanken Indonesia Dedy Supriyanto mengatakan, setidaknya terdapat 457 buruh yang akan terdampak dari penutupan pabrik tersebut.  

“Saat ini ada pekerja 457 orang. Hari ini masih produksi seperti biasa, memang sudah dilakukan efisiensi dari beberapa tahun lalu,” kata Dedy, Jumat (21/2/2025). 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

X