Infopolitiknews – Food waste yang muncul atas pelaksanaan program Makan Bergizi Gratis perlu menjadi perhatian khusus semua pihak yang terkait di dalam program tersebut, termasuk masyarakat. Tanpa penanganan khusus, makanan yang tidak habis dimakan bisa berpotensi menjadi limbah yang merusak lingkungan sekolah.
Hal itu juga menjadi fokus Menteri Lingkungan Hidup (LH), Hanif Faisol Nurofiq. Ia menyatakan keseriusannya dalam melakukan pengawasan pengelolaan sampah program MBG itu di kantor Kementerian LH, Jakarta Timur, Senin (6/1/25).
Sementara itu, sebagai langkah efisiensi, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Jakarta berencana akan mengolah sampah sisa makanan MBG menjadi bahan pakan maggot atau kompos.
Kepala DLH Jakarta Asep Kuswanto menjelaskan, dalam pengelolaan sampah organik dari dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) dan sisa makanan di sekolah, Ia akan melibatkan berbagai pihak.
“Sampah organik dari dapur SPPG akan kami tangani untuk selanjutnya dibawa ke TPS 3R dan didistribusikan ke penggiat Biokonversi Maggot Black Soldier Fly (BSF),” ujar Asep, Selasa (7/1/2024).
Menurut Asep, SPPG yang memiliki lokasi cukup luas seperti Dapur Sehat Anak Bangsa (DSAB) Halim, dapat mengupayakan kegiatan pengurangan sampah di lokasinya dengan tetap memperhatikan aspek higenitas dapur, (seperti dilansir kompas.com, 7/1/2025).
Sisa makanan di sekolah, seperti kulit buah dan makanan yang tidak habis, bisa dikumpulkan secara terpisah untuk dimanfaatkan sebagai pakan maggot atau bahan kompos. Dalam hal ini pihak sekolah juga perlu memberikan edukasi kepada siswa untuk memiliki kesadaran mengurangi sampah dan peduli terhadap lingkungan.
DLH juga bekerja sama dengan bank sampah dan komunitas penggiat maggot untuk memastikan pengolahan sampah ini berjalan dengan optimal.
“Kami ingin memastikan bahwa sampah organik dari program Makan Bergizi Gratis tidak hanya terkelola dengan baik tetapi juga memberikan manfaat bagi masyarakat dan lingkungan,” jelas Asep.