Ekonomi Nasional

Harga Beras Bikin Was-Was

Infopolitiknews – Defisit produksi beras di mana jumlah produksi beras berada di bawah kebutuhan total beras nasional menyebabkan harga beras naik. Defisit produksi beras disebabkan salah satunya oleh faktor cuaca ekstrem. Hujan lebat dan banjir menyebabkan petani harus merugi karena melakukan tanam ulang bahkan gagal panen.

Di Kesamben, Jombang, ratusan hektare sawah terendam banjir (28/12/2024). Petani banyak menderita kerugian. Bibit padi yang baru ditanam rusak. Padahal penanaman ulang baru bisa dilakukan setelah banjir surut.

Kepala Dinas Pertanian Jombang, M. Rony, menyebutkan bahwa banjir telah melanda lima kecamatan, termasuk Kesamben dengan luas sawah terdampak mencapai 520 hektare. 

Sedangkan di Sumobito, banjir juga merendam 485 hektare sawah, Peterongan 235 hektare, Ploso 67 hektare, dan di Gudo 4 hektare sawah juga terdampak. 

“Tanaman padi yang baru saya tanam rusak karena banjir. Saya sudah tanam ulang, tetapi khawatir banjir datang lagi. Kerugian mencapai Rp 6 juta,” ujar Rizwan, salah satu petani asal Kesamben, Minggu (29/12/2024).

Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim mengungkap bahwa pada Desember 2024, rata-rata harga gabah kering panen (GKP) di tingkat petani Jatim sudah mengalami kenaikan sebesar 2,26%  dibandingkan dengan harga November 2024, yaitu dari Rp 6.444 per kg menjadi Rp 6.589 per kg.

Sementara itu, pada Desember 2024 hasil survei BPS terhadap harga produsen beras di penggilingan, yang dilakukan di 58 kecamatan dari total 18 kabupaten Jatim, dengan jumlah observasi sebanyak 149 transaksi, ditemukan data bahwa semua kualitas beras di penggilingan tersebut telah mengalami kenaikan harga.

Menurut Menko Bidang Pangan, Zulkifli Hasan, Produksi beras pada Januari 2025 di bawah 1,5 juta ton, sementara kebutuhan berasa nasional diperkirakan mencapai 2,6 juta ton.

“Produksi kita Januari kira-kira di bawah 1,5 juta ton, jauh dari kebutuhan yang mencapai 2,6 juta ton. sehingga pemerintah harus segera mengambil langkah strategis untuk mengatasi defisit tersebut,” ungkap Zulkifli usai rapat dengan Banggar DPR RI di gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, Senin (2/12/2024). 

Di sisi lain, Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) atau National Food Agency (NFA), Arief Prasetyo Adi menegaskan optimalisasi panen raya dalam 2-3 bulan mendatang merupakan momentum untuk memperkuat ketahanan pangan nasional.

“Panen raya merupakan momentum strategis untuk memperkuat stok pangan nasional. Oleh karena itu, Bulog harus dapat memaksimalkan serapan hasil panen petani dalam negeri di masa panen raya, tentunya dengan tetap menjaga kualitas beras yang diterima agar sesuai dengan standar yang telah ditetapkan, terutama menyangkut kadar air,” ujar Arief seusai meninjau Gudang Perum Bulog Tambak Aji, Semarang, Jawa Tengah pada Jumat (3/1/2025).

Harapan dan target optimalisasi panen beras itu tampaknya tidak sejalan dengan kondisi di lapangan karena cuaca buruk yang mengakibatkan banjir telah menenggelamkan hektaran area persawahan di beberapa daerah.

Fenomena naiknya harga beras karena cuaca ekstrem juga terjadi di pasar tradisional Panorama Bengkulu. Kenaikan harga beras tersebut telah melewati harga eceran tertinggi (HET).

“Sudah hampir sebulan harga beras naik, dan sekarang naik lagi dari sebelumnya, hanya 22-20 ribu rupiah,” kata Meliza, salah seorang pedagang di Pasar Panorama, Sabtu (4/1/2025).

Namun, naiknya harga beras tidak hanya terkait dengan faktor defisit produksi, cucaca ekstrem, dan gagal panen. Naiknya PPN 12% ternyata juga berimbas pada harga beras di Pasar Mentok, Kabupaten Bangka Barat.

“Beras naik Rp 1.000, rata rata untuk semua merek beras, baik ia beras premium dan medium,” kata pemilik Toko Siska di Pasar Mentok, Jumat (3/1/2025).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

X