Nasional

Kisah Dapur MBG Mitra Telaga Rangkasbitung: dari Berdayakan Emak-emak, Anak Muda, hingga UMKM Lokal

Suasana Dapur MBG Mitra Telaga Rangkasbitung sebagain besar diisi oleh pekerja perempuan warga Lokal, Selasa (14/10/2025).(KOMPAS.COM/ACEP NAZMUDIN)

Di sebuah bangunan berwarna putih di Kampung Telaga Biru, Kelurahan Cijoro Lebak, Kecamatan Rangkasbitung, belasan perempuan tampak sibuk berdiri di balik meja panjang berisi deretan wadah makan stainless.

Dengan mengenakan celemek, sarung tangan biru, dan penutup kepala, mereka menata lauk pauk, sayuran, serta buah-buahan ke dalam ribuan ompreng logam.

Aroma masakan bercampur suara logam beradu, menciptakan ritme tersendiri dari dapur yang kini menjadi sumber penghidupan baru bagi banyak warga.

Salah satunya Renita (40), dia bekerja sebagai pencuci ompreng sejak dua minggu lalu, bersama 14 orang lainnya yang terbagi dalam dua shift kerja.

“Kerja delapan jam sehari, Senin sampai Jumat. Alhamdulillah bisa bantu suami yang kerja di pangkas rambut. Anak-anak juga terbantu untuk biaya sekolah,” kata Renita sambil menata ompreng yang sudah dilap bersih.

Di dekatnya, ada Kulsum (48) yang tampak tengah mengeringkan wadah logam dengan gerakan cekatan.

Meski usianya tak muda lagi, ia mengaku senang bisa tetap produktif.

“Alhamdulillah, daripada di rumah. Sekarang bisa isi hari tua dengan mencuci ompreng di MBG. Awalnya capek, sempat mau pingsan, tetapi sekarang sudah terbiasa,” ujar dia.

Bekerja di dapur MBG menurut mereka merupakan kesempatan yang tidak boleh disia-siakan.

Awalnya memang sempat ragu, tetapi kini bisa mendapat penghasilan tetap untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Di antara para emak-emak itu juga ada wajah-wajah muda seperti Zahra (18) dan Rizky Mutia (17).

Keduanya baru lulus sekolah dan memilih bergabung di dapur berbasis komunitas ini.

“Lulus sekolah enggak harus cari kerja jauh-jauh. Di sini bisa kerja, uangnya ditabung buat kuliah,” kata Zahra.

Sementara Rizky mengaku bangga dengan gaji pertamanya.

“Dapat Rp 660 ribu per minggu. Senang banget, orang-orang di sini juga baik,” kata dia.

Suasana Dapur MBG Mitra Telaga Rangkasbitung sebagain besar diisi oleh pekerja perempuan warga Lokal, Selasa (14/10/2025).(KOMPAS.COM/ACEP NAZMUDIN)

Humas Mitra Dapur Telaga, Andhy Yuliandi, mengatakan saat ini ada sekitar 50 pekerja yang terlibat di dapur MBG Telaga.

Pasokan UMKM Lokal

Dari jumlah itu, sekitar 70 persen adalah warga sekitar.

“Awalnya mereka datang sendiri setelah tahu ada dapur ini. Kami tetap melakukan kurasi, tetapi bukan untuk mencari yang terbaik, melainkan yang mau belajar dan mau kerja sungguh-sungguh,” kata Andhy.

Andhy menambahkan, pihaknya juga berupaya memberikan ruang bagi pekerja untuk beradaptasi saat awal dapur memulai operasional.

“Di awal mereka belum terbiasa dengan ritme kerja dapur besar, tetapi lama-lama terbiasa, dan kami juga beri insentif tambahan bagi yang rajin,” katanya.

Selain memberikan lapangan kerja, Mitra Dapur Telaga juga memberdayakan pelaku UMKM lokal sebagai penyedia bahan baku.

“Pasokan bahan makanan, seperti ikan lele, sayur, dan roti, semuanya dari UMKM sekitar. Mereka sekarang punya pasar yang pasti. Dulu banyak yang bingung jualannya ke mana, sekarang sudah ditampung oleh dapur kami,” ujar Andhy.

Putaran Ekonomi

Dapur Mitra Telaga yang dijalankan oleh Asosiasi Pengusaha Jasa Boga Indonesia (APJI) Lebak, kini sudah menyalurkan makanan bergizi kepada sekitar 3.500 siswa dari lima SD, satu MTS, dan satu SMK di wilayah Rangkasbitung.

Andhy berharap, ke depan, dapur seperti Mitra Dapur Telaga bisa menjadi contoh model pemberdayaan di tingkat komunitas.

“Ini baru satu dapur, tetapi dampaknya sudah terasa luas. Kami ingin ada dapur-dapur serupa di tempat lain supaya makin banyak warga yang bisa bangkit bersama,” kata dia.

Koordinator MBG Wilayah Lebak, Asep Royani, mengatakan saat ini program MBG di Lebak sudah menyasar 704 sekolah, posyandu, dan juga pondok pesantren dengan total 90.773 penerima manfaat hingga Oktober 2025.

“Jumlah pekerja yang terserap mencapai 1.551 orang, sebagian besar warga lokal dengan perputaran ekonomi Rp 990 juta per hari,” kata Asep.

*Dilansir dari kompas.com dengan judul yang sama.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

X