Infopolitiknews – Berbagai upaya mengurangi pencemaran lingkungan memang perlu dilakukan salah satunya dengan mengelola sampah yang semakin meningkat volumenya seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk.
Berbagai upaya dalam mengurangi timbulan sampah perlu dioptimalkan. Dalam hal ini budidaya maggot dapat mendukung upaya mengurangi timbulan sampah organik.
Maggot adalah pengurai limbah organik yang sekaligus memiliki manfaat ekonomi yaitu menjadi pakan ternak seperti ayam dan ikan. Pakan ternak dari maggot adalah sumber pendapatan bagi masyarakat.
Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Evi Prihartini, Hamidah Hendrarini, Pawana Nur Indah Master of Agribusiness Study Program, Faculty of Agriculture, UPN “Veteran” Jawa Timur di Omah Maggot Warna-Warni, Pasuruan, bisnis ini memiliki Net Present Value (NPV) sebesar Rp119 juta dengan Internal Rate of Return (IRR) 76% dan payback period hanya 2 tahun 1 bulan, seperti dikutip dari cnbcindonesia pada Sabtu (18/1).
Keunggulan utama bisnis maggot adalah pada efisiensi biaya, ramah lingkungan, dan memberdaya perekonomian masyarakat. Selain itu Maggot juga dapat mengurangi ketergantungan peternak terhadap pakan impor yang mahal.
Dengan biaya produksi rendah, yaitu hanya Rp27 juta per tahun untuk biaya variabel, peternak dapat memproduksi hingga 35,95 ton maggot per tahun, menghasilkan pendapatan Rp251 juta selama tiga tahun.
Sebagai bentuk implementasi ekonomi hijau, budidaya maggot menjadi upaya solutif dalam penanganan limbah sisa makanan program Makan Bergizi Gratis (MBG).
Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Pulogebang, Jakarta Timur, berinisiatif memanfaatkan limbah organik (sisa makanan) MBG untuk budi daya maggot. Hasil budidaya tersebut akan digunakan untuk kebutuhan pakan ikan.
“Maggot itu adalah bahan larva yang akan jadi pakan dari ikan dan seterusnya. Jadi food waste-nya pun juga akan dioptimalkan untuk kegiatan ekonomi,” ucap Wakil Kepala Staf Kepresidenan M. Qodari, dalam keterangannya di Jakarta, Sabtu (10/1).
Sementara itu, SPPG Kota Magelang menggandeng pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) untuk mengelola limbah yang dihasilkan dari program makan bergizi gratis (MBG).
Kepala SPPG Kota Magelang M Rauf Oktavian Nur mengutarakan, sedari awal, SPPG bekerja sama dengan UMKM Reformasi Hijau binaan dinas lingkungan hidup (DLH) setempat, seperti dilansir radarjogja, Sabtu (18/1).
“Mereka membantu kami untuk mengolah limbah food waste sisa bahan baku dan makanan dari sekolah-sekolah,” jelasnya, Rabu (15/1).
Dalam sehari, ada satu hingga dua kuintal limbah makanan. Limbah itu dapat dijadikan sebagai pakan maggot maupun hewan ternak.
“Ada food lost seperti bonggol sayur, kepala ikan, dan lainya. Kalau untuk food waste dari sisa makanan anak-anak di sekolah,” ungkap Septian Yoga Prabowo, pelaku UMKM Reformasi Hijau Kota Magelang.
Karena dapat mengurai sampah dengan cepat, budidaya maggot dapat menjaga lingkungan sekolah bersih dari sampah organik sehingga terhindar dari bau dan sumber penyakit.