Yogjakarta – Hotel di Yogyakarta mencatatkan angka okupansi yang variatif selama libur Lebaran 2025. Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Yogyakarta mencatat okupansi hotel pada tanggal 1 April 2025 baru mencapai 60 persen.
Lalu melonjak signifikan pada tanggal 2-3 April 2025 hingga mencapai 80 persen rata-rata di seluruh Yogyakarta. Setelah 4-5 April 2025, okupansi kembali menurun menjadi sekitar 68 persen.
Ketua PHRI DIJ Deddy Pranowo Eryono mengatakan, PHRI Yogyakarta memberi periode okupansi hotel selama masa libur Lebaran ini sejak 31 Maret hingga 6 April 2025.
“Hingga 4 April, okupansi rata-rata di DIJ hanya mencapai 69 persen,” keluhnya, Jumat (4/4).
Deddy menyebut, dengan daya beli masyarakat yang menurun, dirinya pesimis okupansi akan mencapai target tersebut selama periode itu. Sebab setelah tanggal 6 April, semua pemudik sudah kembali, lalu 8 April sudah mulai masuk sekolah dan bekerja.
“Harapan kami, mungkin pada 7 April saat arus balik ada yang mampir ke Jogja untuk membantu mendongkrak tingkat okupansi,” katanya.
Selama libur lebaran ini, penginapan di Yogyakarta belum merata lantaran sebagian besar wisatawan masih menginap di Kota Jogja dan Sleman. Ada sekitar 2.200 kamar yang disewakan anggota PHRI Yogyakarta di dua daerah tersebut.
Menurut Deddy, masalah aksesibilitas menjadi salah satu penyebab belum menyebarnya tingkat okupansi.
“Mereka keluar dari tol harapannya ada yang ke Gunungkidul, tapi mereka barometernya masih Jogja dan Sleman. Kami mengarahkan juga kesulitan,” ungkapnya.
Selain itu, dia juga mengungkapkan kehadiran homestay, indekos, dan vila dengan harga yang lebih murah turut mengganggu okupansi hotel yang sudah berizin dan membayar pajak.
PHRI Yogyakarta merasa terganggu karena penginapan-penginapan murah yang kemungkinan tidak berizin dan tidak membayar pajak itu bisa menurunkan okupansi hotel.
“Entah itu berizin atau tidak bayar pajak, mereka (wisatawan) tidak peduli. Tapi itu sebetulnya merugikan pemerintah daerah karena PAD tidak bisa meningkat,” katanya.
Meskipun daya beli masyarakat menurun, PHRI Yogyakarta tidak menaikkan harga hotel seperti tahun lalu.
Harapannya untuk tetap menjangkau lebih banyak tamu. Namun dengan pemudik yang sudah kembali dan hanya sedikitnya reservasi untuk pasca lebaran, PHRI Yogyakarta merasa pesimis dengan proyeksi okupansi untuk April ini.
“Kami masih berharap ada lonjakan reservasi pada 18-19 April saat long weekend agar operasional di April lancar. Setidaknya bisa untuk bertahan,” tandas Deddy.