Infopolitiknews – Siapa sangka, ternyata Tempat Pembuangan Akhir (TPA) di Kabupaten Jember termasuk yang paling sempit dibandingkan dengan TPA yang ada di daerah lain. Bahkan, TPA tersebut telah mengalami overload sampah.
Dilansir dari laman dprd.jemberkab.go.id, TPA yang hanya seluas 6,8 hektar telah menampung sampah dengan tinggi tumpukan mencapai 26 meter. Sedangkan potensi sampah harian yang mencapai 1.300 ton per hari hanya bisa dilayani sebanyak 260 ton per hari.
Sementara itu, perayaan malam tahun baru di alun-alun Jember Desember 2024 lalu telah menghasilkan 3, 7 ton sampah yang mayoritasnya adalah sampah plastik dan sisa makanan.
“Kami mencatat total sampah yang terkumpul mencapai 3,7 ton, yang sebagian besar berasal dari limbah plastik seperti botol minuman dan kantong plastik, serta sisa alas duduk yang ditinggalkan pengunjung. Selain itu, banyak juga kulit kelapa muda yang dibuang di sekitar alun-alun,” ujar Muhammad Masbut, Koordinator Pengelolaan Sampah TPA Pakusari, Kamis (2/1/2025).
Di sisi lain timbulan sampah Kabupaten Jember tampaknya juga menjadi persoalan di pulau Bali. Sampah kiriman itu telah mencemari pesisir Bali. Sampah-sampah yang “melancong” itu terdiri dari beragam jenis materi seperti plastik, karet, kayu, dan kain.
Sungai Watch yang menggelar aksi bersih sampah di sepanjang Pantai Kedongan, Bali, mengemukakan sampah-sampah yang mereka pungut mayoritas berasal dari Jawa Timur termasuk Jember. Bahkan Founder Organisasi Sungai Watch, Gary Bencheghib, menemukan topi SD dari salah satu kecamatan di Jember.
Melansir Antara, Menteri Lingkungan Hidup memperkirakan jumlah sampah kiriman yang ditemukan di pesisir Bali pada 2024-2025 lebih tinggi dibandingkan pada 2020-2021 yang mencapai sekitar 6.000 ton dan pada 2023 sekitar 2.900 ton.