Infopolitiknews – Pelaksanaan program Makan Bergizi Gratis (MBG) yag telah berjalan dua bualn di awal 2025 masih saja menimbulkan pro dan kontra di kalangan masyarakat, termasuk tentang kualitas pemenuhan gizi berimbang dalam ragam menu yang disesuaikan dengan anggaran pemerintah senilai Rp10.000 per orang pelajar.
Program MBG pada dasarnya mengupayakan pemenuhan kebutuhan makanan bergizi seimbang bagi seluruh pelajar di Indonesia. Namun, pada prakteknya masih belum sepenuhnya sempurna. Bahkan, anggaran Rp10.000 per orang dianggap jauh dari budget yang diperlukan.
Menaggapi hal tersebut Kepala Seksi Kesehatan Gizi Masyarakat Dinas Kesehatan Jawa Timur, Cici Swi Antika mengatakan, jika diberlakukan personal, nilainya tentu kurang.
“Yang terjadi sebetulnya bukan Rp. 10.000/pack tetapi Rp.15 .000/pack, angka tersbut sudah dibagi dengan biaya operasional dan biaya lainya. Sedangkan Rp.10.000 untuk makanannya, jika dihitung tetunya makan bergizi tidak cukup jika dihitung secara personal tetapi pembuatan MBG ini dilakukan secara massal,” Kata Cici pada sesi Forum Grup Discussion di Surabaya, pada Kamis (27/2).
Cici mengibaratkan makan nasi bungkus di warung dengan Rp10.000 tidak mendapat sayur tetapi hanya lauk saja. Sedangkan bila pembuatannya dilakukan secara massal seperti program MBG sudah cukup mewakili makanan bergizi lengkap dengan lauk dan sayur.
Disamping itu program ini juga memberikan edukasi terhadap keluarga Indonesia, masyarakat yang menerima MBG sebetulnya tidak hanya berhenti pada pemberian disekolah saja. Namun dapat dilanjutkan dirumah masing – masing.
“Harapan saya proram ini dilanjutkan di rumah masing – masing, karena pemerintah hanya memberi makanan tambahan bergizi hanya satu kali dalam satu hari,” tuturnya.
Mengenai data yang dikritis tim Ombusdman RI perwakilan Jawa Timur saat evaluasi MBG di SMPN 13 Surabaya, Rabu (26/2), Cici menjelaskan dari timnya belum ada evaluasi mengenai makanan tersebut. Saat ini hanya dari pihak sekolah yang menjalankan lalu diteruskan pada diknas setempat.