Politik & Hukum

Pernyataan Puan soal “Merdeka” Tunjukkan PDI-P Partai Modern, Pengamat: Bukan Sindir Megawati

Jakarta – Pengamat komunikasi politik dari The London School of Public Relations (LSPR) Ari Junaedi menilai, pernyataan Ketua DPP PDI-P Puan Maharani soal pentingnya mengubah pekik “merdeka” menjadi aksi nyata adalah refleksi dari semangat partai modern yang tengah dibangun PDI-P.

Hal itu dinilai bukan bentuk sindiran kepada Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri yang kerap memekikkan salam “Merdeka” kepada para kadernya.

“Pernyataan Puan Maharani agar kader berani untuk mentransformasikan pekik ‘merdeka’ menjadi aksi nyata adalah komitmen PDI-P sebagai partai modern. Bukan untuk menyindir Megawati, selalu ketua umum atau ibu kandungnya,” kata Ari, kepada Kompas.com, Kamis (31/7/2025).

Ari mengatakan, dalam konteks politik modern, pekik “merdeka” memang tidak cukup sebagai alat perjuangan jika tidak dibarengi dengan kerja nyata.

Menurut dia, rakyat saat ini tidak hanya butuh slogan, tetapi juga bukti konkret yang dapat dirasakan, terutama dalam hal kesejahteraan dan akses pekerjaan.

“Rakyat tidak sekadar butuh teriakan merdeka sementara perutnya lapar karena tidak memiliki pekerjaan. Puan paham, politisi yang menjadi wakil rakyat harusnya bisa memahami aspirasi rakyat dengan memperjuangkan derita rakyat,” nilai dia.

Direktur Eksekutif Nusakom Pratama Institute itu menyebutkan, pernyataan Puan juga merupakan bentuk kesadaran akan perubahan karakter pemilih. Jika dahulu PDI-P mendapatkan dukungan luas dari “wong cilik” melalui semangat perlawanan dan simbolisme, kini pemilih yang didominasi generasi Z menuntut pendekatan yang lebih rasional dan konkret.

“Puan ingin mengajak kalangan tua dan pihak-pihak elite partai yang berada di zona nyaman untuk selalu ingat dengan perubahan karakter pemilih,” kata dia.

“Jika PDI-P tidak bertransformasi selaras dengan partai modern yang sesuai dengan keinginan anak muda, maka bisa jadi partai ini akan ditinggalkan oleh kalangan muda,” sambung dia.

Ari menilai, Puan sedang mewakili arus besar perubahan di internal PDI-P yang menginginkan pembaruan dalam strategi politik partai, tidak sekadar mengandalkan jargon perjuangan atau pencitraan yang tidak relevan dengan kebutuhan rakyat.

“Kemenangan partai di kontestasi politik tidak sekadar menjual jargon dan pekik merdeka semata, bahkan dengan mengandalkan pencitraan murahan seperti masuk ke dalam gorong-gorong, tetapi harus membuktikan dengan kerja nyata di lapangan,” ungkap Ari.

Menurut Ari, sejarah panjang pekik “merdeka” memang sarat makna dalam konteks perlawanan terhadap penjajahan dan otoritarianisme. Namun, di era sekarang yang ditandai dengan kemajuan teknologi dan perubahan sosial, semangat “merdeka” harus dibarengi empati dan keberpihakan yang konkret kepada rakyat.

“Di era kejayaan AI dan melemahnya instrumen negara dengan daya soliditas civil society, maka pekik merdeka harus bersalin rupa dengan sikap simpati, empati, dan solidaritas dengan penderitaan rakyat,” pungkas Ari.

Diberitakan sebelumnya, Puan Maharani mengingatkan para kader partainya bahwa kerja politik tak bisa hanya mengandalkan retorika.

Menurut dia, PDI-P tidak akan dipilih oleh rakyat di dalam kontestasi pemilu karena gemar meneriakkan semangat perjuangan, tanpa ada aksi nyata.

“Kita tidak cukup lagi hanya bermodalkan teriak-teriak merdeka, lalu rakyat akan memilih PDI Perjuangan. Kita harus punya kerja politik di setiap tingkatan dan komunitas, dengan cara-cara yang sesuai dengan zaman, lingkungan, dan budaya,” ujar Puan, dalam pidato pembukaan bimbingan teknis (Bimtek) legislator PDI-P se-Indonesia di Bali, Rabu (30/7/2025).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

X