Infopolitiknews – Be present every day, sebuah sikap untuk selalu menyadari keberadaan diri di saat ini tanpa teralihkan oleh hal lainnya yang berpotensi memicu stress. Sikap ini juga merupakan salah satu perwujudan dari gaya hidup slow living yang makin populer.
Di zaman yang kehidupannya berjalan serba cepat dan tampak terburu-buru ini, slow living menjadi sebuah jalan keluar bagi beberapa orang untuk melepaskan diri dari berbagai tekanan atau stressor.
Bukan sekedar tentang bergerak lebih lambat atau bahkan sekedar menjalani sesuatu dengan santai, slow living merupakan gaya hidup yang melakukan segala sesuatunya dengan tanpa terburu-buru, bergerak dengan kecepatan yang tepat.
Slow living juga menekankan pada perlunya memiliki kesadaran penuh untuk menerapkan keseimbangan dalam hidup, memiliki tujuan yang jelas, serta menikmati dan mensyukuri setiap momen yang terjadi saat ini.
Dengan slow living, kita dapat fokus melihat, mendengar, merasakan setiap hal yang kita lakukan setiap hari. melansir Purewow, slow living memiliki konsep tidak menyerah dengan kehidupan yang berjalan cepat, tapi mampu melambat dan fokus pada hal-hal kecil yang biasanya diabaikan.
Mengutip laman Blog Herald pada Minggu (19/1), para pelaku slow living mampu menerapkan sikap “be present every day” atau mampu merangkul momen saat ini seperti halnya benar-benar menikmati sarapan paginya tanpa sibuk scrolling gawai.
Selain itu, penganut slow living juga lebih mengutamakan kualitas daripada kuantitas. Mereka cenderung memilih melakukan sedikit hal yang bermakna dengan perhatian penuh daripada banyak hal sekaligus dengan terburu-buru pada satu waktu.
Cerminan perilaku lainnya yang tampak pada orang-orang yang menerapkan slow living adalah bagaimana mereka melatih kesadaran atau mindfulness.
Mindfulness bisa dilatih dengan meditasi sederhana, yaitu fokus pada obyek yang sedang dihadapi seperti memperhatikan makanan yang sedang dimakan serta makan dengan perlahan dan menikmati sepenuhnya; atau menyadari setiap tarikan dan hembusan nafas; bahkan memperhatikan segala sesuatu yang diucapkan saat sedang berbicara.
Filosofi slow living tercermin pula dalam kemampuan memahami pentingnya jeda atau istirahat sebagai sebuah kebutuhan untuk membangun kembali semangat dan kekuatan untuk meningkatkan produktivitas; kemudian menerima ketidak sempurnaan sebagai kewajaran dalam hidup dan bagian dari proses belajar.
Selanjutnya, dua hal lain yang juga tampak pada penganut slow living adalah mampu menghargai makna setiap hubungan dengan mementingkan kualitas yang mendalam serta empati pada hubungan tersebut; dan tentunya mereka juga berlatih untuk mampu mensyukuri setiap hal yang ada secara apa adanya.