Lingkungan & Sosial

Teknologi Termal pada Pengolahan Sampah: Solusi atau Ambisi?

Infopolitiknews – Kondisi darurat sampah yang dialami oleh berbagai wilayah di Indonesia seperti Bali, Daerah Istimewa Yogyakarta, Bandung dan lainnya menjadikan masalah pengolahan sampah sebagai tantangan besar bagi Pemerintah Daerah masing-masing. Dalam hal ini, melibatkan inovasi teknologi menjadi pilihan yang dipercaya dapat meningkatkan efisiensi tata kelola sampah.

Insinerator, pirolisis, dan refuse derived fuel (RDF) sebagai teknologi termal pengelolaan sampah diyakini mampu menjadi solusi menekan volume limbah di tempat pembuangan akhir (TPA).

Namun, Direktur Eksekutif Ecoton, Daru Setyorini, teknologi termal merupakan solusi palsu dan salah kaprah dalam penanganan sampah.

“Kami mengelompokkan semua teknologi termal untuk pengelolaan sampah plastik sebagai false solution, terutama juga karena dipromosikan sebagai circular economy. Ini kan bener-bener salah kaprah,” ungkap Daru pada Kompas, dikutip Selasa (4/3).

Daru menjelaskan bahwa penggunaan teknologi termal atau pemanasan untuk pembakaran plastik sama halnya membakar minyak bumi yang merupakan sumber energi kotor penghasil gas rumah kaca (GRK). Bahkan pembakaran menggunakan RDF atau insinerator menyebabkan plastik sulit didaur ulang.

Daru menduga, penggunaan teknologi termal dalam pengolahan sampah adalah sebuah siasat yang justru bertujuan meningkatkan konsumsi plastik demi keuntungan pelaku.

“Untuk real solution itu kan kita mendukung ke arah pembatasan produksi plastik supaya tidak melebihi kapasitas pemerintah dalam menangani sampah. Jadi insinerator, pirolisis, RDF selain menghalangi upaya-upaya kepada real solution juga biayanya sangat mahal,” kata Daru.

Di sisi kesehatan, Daru juga berpendapat, racun emisi karbon dari hasil pembakaran sampah berdampak buruk untuk kesehatan manusia. Ketika sampah plastik dimasukkan mesin termal, asap yang dikeluarkan tidak tampak, tapi membentuk endapan di udara.

“Kita enggak bisa melihat, tetapi akan menghirup itu. Jadi akan sangat sulit untuk pencegahan pencemarannya ketika menggunakan teknologi yang mengubah sampah menjadi asap dan abu yang halus. Itu akan sangat mustahil untuk bisa dikendalikan,” tegas Daru.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

X