Infopolitiknews – YOLO yang merupakan akronim dari You Only Life Once atau Kamu Hanya Hidup Sekali merupakan istilah yang booming di kalangan anak muda pada 2010-an, tapi kini popularitasnya meredup.
YOLO sendiri merupakan istilah untuk menyebut gaya hidup yang spontan dan berani mengambil resiko. Namun, kalangan Gen Z mulai meninggalkan YOLO dan bergeser pada tren YONO.
YONO merupakan akronim dari You Only Need One. Artinya, tren ini merujuk pada pola hidup pengurangan pengeluaran yang tidak perlu. Jadi, YONO adalah kebalikan dari YOLO.
Di Korea Selatan, tren YONO menjadi perbincangan hangat. Salah satu penganut YONO, Choi Ye-Bin (27) mengungkap telah membuat catatan pengeluaran selama empat tahun.
Ia memulai kebiasaan itu karena ia merasakan kesenjangan antara jumlah yang ia perkirakan dan jumlah sebenarnya yang ia belanjakan.
“Ketika saya tidak memiliki janji temu yang terjadwal, saya berusaha untuk tidak makan di luar. Jika saya memiliki dua janji temu dalam seminggu, saya menganggapnya sebagai tanda bahaya dan menyesuaikannya,” kata Choi kepada The Korea Times, dikutip Sabtu (11/1/2025).
Penyebab utama dari pergeseran tren tersebut adalah inflasi. Inflasi yang tinggi dan tingkat pertumbuhan pendapatan yang rendah telah mendorong anak muda Korea untuk hanya membelanjakan uangnya pada kebutuhan pokok saja.
“Inflasi terutama memengaruhi sektor-sektor tempat kaum muda paling banyak menghabiskan uang, yang menyebabkan kenaikan langsung biaya hidup bagi mereka yang sedang mempersiapkan diri untuk bekerja atau berpenghasilan rendah,” tulis Federasi Industri Korea dalam studi penelitiannya pada tahun 2022, dikutip Sabtu (11/1/2025).
Karena kesulitan pasar kerja yang sedang berlangsung dan kenaikan harga, kaum muda memiliki indeks kesulitan ekonomi yang dirasakan paling tinggi di antara semua kelompok umur.
Selain itu, meningkatnya minat terhadap pengelolaan aset di kalangan anak muda juga berperan.
“Kami adalah generasi yang seharusnya memiliki karier seumur hidup yang mengharuskan kami untuk secara mandiri mempersiapkan biaya hidup di masa pensiun. Saya lebih suka menggunakan uang tersebut untuk investasi daripada hanya menyia-nyiakannya,” kata Lee, seorang pekerja kantoran berusia 30 tahun.
Namun, tren ini tidak berarti bahwa kaum muda berhemat dalam setiap aspek kehidupan, karena pengeluaran luar negeri terkait hobi juga meningkat pada saat yang sama.
“Daripada memiliki barang, mereka (kaum muda) tidak ragu untuk menghabiskan uangnya untuk pengalaman seperti olahraga atau perjalanan ke luar negeri,” ungkap NH Nong Hyup Bank.
Tren YONO merupakan pola hidup dengan konsep efisiensi dan efektivitas sumber daya yang ada untuk mengendalikan pengeluaran terhadap hal-hal yang tidak bermakna.